Surat Cinta Untuk Pencela Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah

“Surat Cinta Untuk Pencela Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah”

Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi

Sesungguhnya Alloh telah menjunjung tinggi kedudukan ahli ilmu sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, hadits dan ijma, bahkan seluruh orang berakal juga bersepakat tentang keutamaan ilmu dan ahli ilmu. (Al-Ithisham (II/856) oleh asy-Syathibi).

Maka, sewajibnya bagi kaum Muslimin -setelah mencintai Alloh dan Rasul-Nya- untuk mencintai orang-orang yang beriman, khususnya para ulama, ahli waris Nabi yang dijadikan Alloh laksana bintang-bintang, penerang gelapnya lautan dan daratan. (Raful Malam (hal. 8) oleh Ibnu Taimiyyah dan Syarh Aqidah Thahawiyyah (II/740-741) oleh Ibnu Abil Izzi al-Hanafi).

Di antara deretan para ulama yang harus kita cintai dan hormati adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang telah menghabiskan usianya untuk menyebarkan ilmu dengan penuh semangat, tanpa mengenal rasa bosan dan lelah, sehingga namanya semerbak harum dikenal dunia, baik di belahan timur maupun barat. Semua itu merupakan anugerah yang Alloh berikan kepada hamba pilihan-Nya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah memperoleh kedudukan yang sangat mulia sehingga keadaannya seperti ucapan penyair:

أَبَى اللهُ إِلاَّ رَفْعَهُ وَعُلُوَّهُ
وَلَيْسَ لِمَا يُعْلِيْهِ ذُوْ الْعَرْشِ وَاضِعُ

Alloh enggan kecuali mengangkat dan meninggikan namanya
Dan tak seorangpun dapat menurunkan orang yang diangkat Alloh.

Dewasa ini kecintaan dan penghormatan terhadap ulama sangat minim sekali, bahkan betapa derasnya hujan celaan, penghinaan, kedustaan dan tuduhan pada mereka, baik karena faktor kejahilan, hawa nafsu, fanatik madzhab, cinta popularitas atau mungkin karena semua faktor tersebut!!.

Seperti halnya para ulama Salaf lainnya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tak luput dari serbuan celaan, hinaan dan tuduhan. Semua itu tidaklah aneh, karena memang setiap orang yang mengajak manusia kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai pemahaman para Sahabat, pasti mendapatkan resiko dan tantangan dakwah. Alangkah bagusnya perkataan Waraqah bin Naufal kepada Nabi:

لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمَا جِئْتَ بِهِ إِلاَّ عُوْدِيَ

“Tidak ada seorang pun yang datang dengan mengemban ajaranmu kecuali akan dimusuhi.” (Muttafaq Alaihi)

Alangkah indahnya ucapan seorang penyair:

وَلَسْتُ بِنَاجٍ مِنْ مَقَالَةِ طَاعِنٍ
وَلَوْ كُنْتُ فِيْ غَارٍ عَلَى جَبَلٍ وَعْرِ
وَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَنْجُوْ مِنَ النَّاسِ سَالِمًا
وَلَوْ غَابَ عَنْهُمْ بَيْنَ خَافِيَتَيْ نَسْرِ

Aku tidak akan pernah selamat dari celaan orang
Sekalipun aku bersembunyi di gua atau gunung yang sulit didaki
Siapakah orangnya yang bakal selamat dari manusia
Walau dia telah bersembunyi di antara dua sayap burung.

Tetapi percaya atau tidak, semua celaan dan tuduhan dusta tersebut tidaklah membahayakan dan menggoyang kursi kedudukan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, bahkan sebalik-nya, sangat membahayakan nasib para pe
ncela
beliau sendiri.

يَا نَاطِحَ الْجَبَلِ الْعَالِيْ لِيَكْلِمَهُ
أَشْفِقْ عَلَى الرَّأْسِ لاَ تُشْفِقْ عَلَى الْجَبَلِ

Hai orang yang akan menabrak gunung tinggi untuk menghancurkannya
Kasihanilah kepala anda, jangan kasihan pada gunungnya.

Benar, tuduhan-tuduhan dusta tersebut tidaklah membahayakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, bahkan menambah tinggi kedudukan dan keutamaan beliau sebagaimana kata penyair:

وَإِذَا أَرَادَ اللهُ نَشْرَ فَضِيْلَةٍ
طُوِيَتْ أَتَاحَ لَهَا لِسَانَ حَسُوْدِ

Bila Alloh berkehendak menyebarkan keutamaan yang rahasia
Maka, Dia memberi kesempatan lidah pendengki untuk menebarkannya.

Imam adz-Dzahabi berkata tentang biografi pembela Sunnah, Imam asy-Syafii : Al-Hafizh Abu Bakar al-Khathib menulis sebuah kitab tentang hujjah-nya Imam asy-Syafii, sehingga tidak ada yang mencelanya kecuali orang yang hasad dan jahil tentang keadaannya. Ajaibnya, ucapan bathil yang keluar dari mulut mereka malah mengangkat derajat Imam asy-Syafii. Demikianlah Sunnatullaah pada hamba-Nya”. (Siyar Alamin Nubalaa (X/48).

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa daging para ulama -semoga Alloh merahmati mereka- beracun. Alloh pasti menyingkap tirai para pencela mereka, karena menuduh dan menodai kehormatan mereka merupakan perbuatan dosa besar. (Tabyin Kadzibil Muftari, Ibnu Asakir)

Imam Adz Dzahabi berkata:”Merupakan sunnatullah bahwa setiap orang yang merendahkan ulama maka akan menjadi manusia hina”. (Tarikh Islam 13/256)

Walhasil, menghina dan melecehkan para ulama bukanlah suatu hal yang remeh dan sepeleh, tetapi perkara yang amat berbahaya sekali bagi diri seorang, apalagi kalau ulama yang dicela adalah ulama sunnah yang membela aqidah salaf shalih. Imam Ahmad bin Sinan al-Qaththan pernah berkata:

لَيْسَ فِيْ الدُّنْيَا مُبْتَدِعٌ إِلاَّ وَهُوَ يُبْغِضُ أَهْلَ الْحَدِيْثِ

“Tidak ada seorang ahli bid’ah pun di dunia ini kecuali dia benci terhadap ahli hadits.” (Syarf Ashabul Hadits (145) dan Aqidah Salaf hal. 116)

Baca Juga Artikel Terbaru

Leave a Comment